Selasa, 20 Desember 2022
Membangun Budaya Positif Sekolah dengan Segitiga Restitusi
Membangun Budaya Positif Sekolah dengan Segitiga Restitusi
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Budaya positif merupakan unsur utama dalam mewujudkan visi sekolah. Visi sekolah yaitu mewujudkan profil pelajar pancasila (beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif) pada sekolah aman dan nyaman. Untuk membangun budaya positif di sekolah diperlukan kolaborasi seluruh warga sekolah.lingkungan yang positif menciptakan siswa yang mampu berfikir kritis,mandiri, dan bertanggung jawab.
Di lingkungan sekolah saya kesadaran akan penerapan budaya positif belum terlaksana faktor pertama yaitu motivasi internal dari dalam diri warga sekolah belum terbentuk.dalam penerapan budaya positif di sekolah.motivasi internal sangat dibutuhkan karena,motivasi internal merupakan salah satu faktor yang mendukung disiplin positif dan pengaruhnya untuk jangka panjang bukan sementara. Kedua adalah pengaruh dari posisi kontrol yang kurang tepat dalam penyelesaian masalah. Ketiga menyadarkan murid atas kesalahan sering menggunakan hukuman bertujuan murid jera tanpa melihat akibat dalam jangka panjang. Keempat adalah pengetahuan warga sekolah terkait motivasi perilaku manusia,kebutuhan dasar, kesepakatan kelas,posisi kontrol, restitusi dan segitiga restitusi belum ada.
Langkah yang dapat saya lakukan untuk membentuk disiplin positif di sekolah adalah koordinasi kepada kepala sekolah tentang penerapan budaya positif,pembentukan keyakian/kesepakatan kelas antara guru dan murid,berkolaborasi bersama rekan guru untuk membahas budaya positif melalui restitusi dengan langkah segitiga restitusi serta pengambilan posisi kontrol yang tepat.
B. TUJUAN
Tujuan dari Tindakan aksi nyata yang saya lakukan adalah sebagai berikut:
1. Mewujudkan visi sekolah yaitu menciptakan profil pelajar pancasila pada sekolah aman dan nyaman melalui disiplin positif.
2. Menumbuhkan disiplin positif melalui pembuatan keyakinan kelas
3. Menguatkan nilai dan peran guru penggerak dalam mewujudkan disiplin positif di sekolah
4. Berbagi dalam komunitas sekolah terkait penerapan budaya positif mulai dari keyakian kelas,posisi kontrol dan segitiga restitusi dalam pemberian restitusi.
C. TOLOK UKUR
Untuk mengetahui sejauh mana budaya positif ini sudah terlaksana dan untuk tetap mengontrol penerapan budaya poistif ini sesuai tujuan yang diharapkan. Maka hal yang dapat digunakan adalah:
1. Terwujudnya profil pelajar pancasila yang mandiri, dan bertanggung jawab
2. Terwujudnya keyakinan kelas sebagai penerapan nilai kebjikan universal
3. Terwujudnya nilai dan peran guru penggerak sebagai agen perubahan kedisiplinan positif di sekolah
4. Terwujudnya budaya positif di sekolah melalui restitusi dengan tahapan segitiga restitusi dan pemilihan posisi kontrol yang tepat.
D. LINIMASA YANG DILAKUKAN
1. Membuat rancangan aksi nyata dan mengkoordinasikannya kepada kepala sekolah
2. Melakukan revisi pada perencanaan jika diperlukan sebagai hasil koordinasi kepada kepala sekolah
3. Melakukan kegiatan sharing kepada rekan sejawat terkait budaya positif
4. Melakukan kegiatan pembentukan keyakinan kelas
5. Melaksanakan restitusi dan tahapan segitiga restitusi di kelas
6. Melaksanakan penrapan budaya positif di kelas
7. Melaksanakan desiminasi implementasi budaya positif kepada Kepala Sekolah dan rekan guru
8. Mendokumentasikan setiap kegiatan
9. Melakukan refleksi dan tindak lanjut terkait penerapan budaya positif yang ada di sekolah.
E. HASIL AKSI NYATA
Pelaksanaan aksi nyata yang saya laksanakan mendapatkan respon yang baik dari kepala sekolah dan rekan guru. Terlihat dari antusias dan dukungan yang diberikan kepada saya dalam sosialisasi implementasi budaya positif. Menurut mereka selama ini mereka belum mengetahui penerapan budaya positif seperti apa,mereka senang mendapatakan pemahaman tentang keyakian kelas,restitusi, posisi kontrol, dan segitiga restitusi dalam penyelesaian kasus untuk mewujudkan budaya positif di sekolah. Karena sebelumnya mereka hanya mengetahui bahwa hukuman adalah jalan keluar dan posisi kontrol yang sering mereka lakukan adalah sebagai penghukum.dari sosialisasi yang saya lakukan memberikan banyak pemahaman dan pengetahuan baru bagi mereka,sehingga mereka bisa mulai menerapkan disiplin positif di kelas masing masing. Setelah terbentuknya keyakinan kelas, murid murid sadar memiliki nilai yang harus mereka laksanakan dikelas dan dipetanggungjawabkan tanpa adanya paksaan dan hukuman. Setelah penerapan restitusi dan tahapan segitiga restitusi, murid menjadi senang karena sekarang tidak ada hukuman namun di ganti dengan restitusi yang lebih mendidik karena mereka merasa dihargai dan tidak tersakiti ketika malakukan tindakan yang keliru, pengambilan posisi guru sebagai manajer akan mengajarkan murid menyadari kesalahan dan menentukan penyelesaian masalahnya sendiri, guru hanya sebagai pembimbing.
F. KEBERHASILAN DAN KEGAGALAN
Dalam setiap tindakan yang kita lakukan tentunya tidak terlepas dari keberhasilan dan kegagalan. Keberhasilan yang sudah dicapai adalah terwujudnya keyakian kelas sebagai nilai yang diyakini seluruh warga kelas untuk diterapkan. Penerapan restitusi dan segita restitusi serta pengambilan posisi kontrol yang telah saya laksanakan pada permasalahan yang terjadi di kelas, terlaksananya sosialisasi kepada rekan guru terkait budaya positif yang telah saya lakukan. Kegagalan yang terjadi dalam kegiatan aksi nyata ini diantaranya adalah masih ada murid di kelas saya yang belum paham terkait pelaksanaan keyakinan kelas. Kegiatan sosialisasi belum dapat diikuti oleh sebagian rekan guru karena kesibukan masing masing. Penerapan restitusi disekolah belum sepenuhnya berhasil dilaksanakan.
G. RENCANA PERBAIKAN
Untuk mengatasi kegagalan dari aksi nyata yang telah saya laksanakan adalah melakukan perbaikan dengan cara memberikan pehaman kepada murid di kelas terkait keyakinan kelas secara berkesinambungan dan kontinyu. Memberikan pengarahan tetang pemahaman terkait budaya positif kepada rekan guru yang tidak dapat menghadiri sosialisasi melalui forum diskusi santai.
H. DOKUMENTASI
1. Koordinasi dengan Kepala Sekolah
2. Pembentukan keyakinan kelas
3. Penerapan segitiga restitusi
4. Penerapan budaya positif
(Membaca asmaul husna , menyanyikan lagu kebangsaan dan 1 menit berburu sampah)
5. Desiminasi implementasi budaya positif
6. Testimoni rekan guru
Setelah mengikuti desiminasi implementasi budaya positif oleh Bapak Setyo Nugroho saya menjadi paham bahwa selama ini yang saya lakukan dalam penyelesaian kasus adalah salah.sebelumnya ternyata saya mengambil posisi kontrol penghukum dan menerapkan hukuman.sekarang saya sadar dan ingin memperbaiki diri dengan mengambil posisi sebagai manajer dan menerpakan restitusi dalam menyelesaikan kasus.saya juga akan berusaha untuk mewujudkan budaya posistif yang ada di kelas saya dengan mulai membuat keyakinan kelas bersama murid saya. Pada umumya pemberian pembinaan peserta didik yang melanggar aturan itu berupa hukuman fisik tanpa makna. Budaya positif tidak seperti itu. Di SMA Negeri 1 Demak pembinaan pada peserta didik yang melanggar peraturan sekolah dilakukan secara persuatif, personality dan humanis artinya guru memerikan pendekatan, menyadarkan siswa yang dilakukan siswa itu salah dan kemudian tahu dan tidak akan dilakukan lagi dimasa datang.
7. Testimoni murid
kami sangat senang karena di kelas kami sudah terbentuk keyakinan kelas yang menjadi nilai kebajikan yang akan kami jadikan dasar dalam pengambilan Tindakan agar budaya positif di kelas kami dapat terwujud. Keyakinan kelas terbentuk dari curah pendapat seluruh warga kelas.setelah adanya keyakinan kelas sekarang hukuman sudah tidak diterapkan di kelas kami, tapi kami di bimbing bu guru untuk mencari solusi atas permasalahan yang saya hadapi.
Jumat, 26 Februari 2021
Selasa, 10 Maret 2020
Hubungi Saya
Jika ada yang membutuhkan informasi lain yang ingin diketahui silahkan hubungi saya di :
Blog saya : klikbervisidemak.blogspot.com
email:klikbervisi@gmail.com
Blog saya : klikbervisidemak.blogspot.com
email:klikbervisi@gmail.com
Kamis, 10 Oktober 2019
Strategi KALITA (Kajian Literasi Cerita Biologi)
Materi Pelajaran Biologi di SMA banyak berisi
konsep-konsep yang cukup sulit untuk difahami siswa, karena menyangkut
reaksi-reaksi Biologi dan hitungan-hitungan serta menyangkut konsep-konsep yang
bersifat abstrak dan dianggap oleh siswa merupakan materi yang relatif baru dan
belum pernah diperolehnya ketika di SMP.
Dalam proses pembelajaran Biologi di beberapa
sekolah selama ini terlihat kurang menarik, sehingga siswa merasa jenuh dan
kurang memiliki minat pada pelajaran Biologi, sehingga suasana kelas
cenderung pasif, sedikit sekali siswa yang bertanya pada guru meskipun materi
yang diajarkan belum dapat dipahami. Dalam pembelajaran seperti ini
mereka akan merasa seolah-olah dipaksa untuk belajar sehingga jiwanya tertekan.
Keadaan demikian menimbulkan kejengkelan, kebosanan, sikap masa bodoh, sehingga
perhatian, minat, dan motivasi siswa dalam pembelajaran menjadi rendah. Hal ini
akan berdampak terhadap ketidaktercapaian tujuan pembelajaran Biologi.
Rendahnya aktivitas
belajar siswa dalam mempelajari Biologi diduga disebabkan Biologi merupakan
ilmu yang tidak bermanfaat dalam kehidupannya kelak, selain adanya anggapan
bahwa Biologi adalah ilmu yang sukar dipelajari. Untuk meningkatkan
minat dan motivasi belajar Biologi siswa, guru perlu melakukan upaya
peningkatan kualitas pembelajaran melalui kegiatan yang kreatif dan
inovatif.Pembelajaran Biologi yang berorientasi pada penumbuhan keterampilan
generik sains (KGS) perlu dikembangkan, agar siswa dapat memahami bahwa Biologi
adalah ilmu yang terkait dalam kehidupan manusia sehari-hari, sehingga anggapan
di atas dapat diminimalisir.Dengan demikian, Pembelajaran Biologi yang
diterapkan haruslah mempertimbangkan karakteristik siswa, karakteristik materi Biologi,
dan kondisi sekolah atau fasilitas yang dimiliki sekolah. Oleh sebab itu, perlu
dilakukan identifikasi masalah-masalah pembelajaran Biologi, baik dilihat dari
motivasi belajar siswa dankompetensi siswa maupun karakteristik konsep-konsep Biologi
yang akan dibelajarkan pada siswa.
B.
Permasalahan
Pembelajaran Biologi
merupakan salah satu pelajaran yang memiliki karakteristik tersendiri dan
memerlukan ketrampilan dalam memecahkan masalah ilmu Biologi yang berupa teori,
konsep, hukum dan fakta.Salah satu tujuan pembelajaran Biologi adalah agar
siswa memahami konsep-konsep Biologi dan saling keterkaitannya serta
penerapannya baik dalam kehidupan sehari-hari maupun teknologi.Oleh sebab itu,
siswa diharapkan mampu memahami dan menguasai konsep-konsep Biologi. Konsep pembelajaran
Biologi di sekolah menengah merupakan
hal yang baru dikarenakan pada saat pembelajaran Sains di SMP hanya diperkenalkan
materi IPA saja sedangkan materi Biologi baru dimuncukan setelah memasuki pendidikan menengah. Dengan
demikian, pembelajaran Biologi saat ini
diarahkan pada upaya menumbuhkan sikap kesukaan siswa pada materi baru
tersebut. Bagaimana agar siswa suka terlebih dahulu, jika siswa telah suka
terhadap Biologi tentunya materi apa saja yang ada di dalam Biologi pasti akan
dapat siswa pahami dengan mudah. Pertanyaan selanjutnya bagaimana siswa bisa
suka kalo belum tahu tentang Biologi, Nah,
ini lah yang mejadi refleksi bagi kita semua.
C.
Pendekatan Penyelesaian Masalah
Berdasarkan pengalaman penulis mengajar sejak tahun 1999, literasi
merupakan pilihan yang paling tepat dalam upaya meningkatkan hasil belajar Biologi siswa sealain didukung metode ataupun media yang
digunakan.Melalui penulisan ini
penulis akan mencoba menggagas paradigma baru pembelajaran Biologi“Biologi Kalita” Inovasi Literasi
pembelajaran Biologi di SMA
Negeri 1 Demak
D. Strategi Pemecahan Masalah
Berdasarkan pendekatan yang
dimunculkan maka Literasi merupakan pilihan yang paling tepat, karena literasi
adalah (1) kemampuan baca-tulis atau kemelekwacanaan; (2) kemampuan
mengintegrasikan antara menyimak, berbicara, membaca, menulis dan berpikir; (3)
kemampuan siap untuk digunakan dalam menguasai gagasan baru atau cara mempelajarinya;
(4) piranti kemampuan sebagai penunjang keberhasilannya dalam lingkungan
akademik atau sosial; (5) kemampuan performansi membaca dan menulis yang selalu
diperlukan; (6) kompetensi seorang akademisi dalam memahami wacana secara
profesional.
E. Deskripsi
Pemecahan Masalah
Biologi Kalita merupakan suatu cara untuk menyampaikan
konsep Biologi yang di dapat siswa dalam melakukan program literasi
sebelum proses pembelajaran Biologi. Hal ini di harapkan akan memunculkan sikap
kesukaan siswa kepada materi Biologi, mengingat di tingkat SMA/SMK materi Biologi
merupakan materi yang baru (di tingkat SMP hanya bertemu dengan materi IPA
Gabungan Biologi dan Fisika) walaupun sebenarnya sudah tersirat pada materi Biologi dan Fisika. Oleh karena
itu perlu pemahaman lebih tentang Biologi sehingga dengan permulaan siswa merasakan suka terlebih dahulu terhadap Biologi, siswa akan nyaman/enjoy
belajar Biologi, siswa beranggapan bahwa Biologi itu mudah dan pada akhirnya
siswa memperoleh nilai yang memuaskan. Pelaksanaan program tersebut berangkat
dari apa yang telah di ungkapkan oleh Magnessen (dalam Silberman, 1996) bahwa
“kita belajar 10% dari apa yang kita baca, 20% dari apa yang kita dengar, 30%
dari apa yang kita lihat, 50% dari apa yang kita lihat dan dengar, 70% dari apa
yang kita katakan, 90% dari apa yang kita katakan dan lakukan.” Dengan
demikian, jika guru mengajari siswa reaksi Biologi dengan menerangkan konsep reaksi Biologi dengan cara menerangkan (berpidato) maka
siswa hanya beroleh 20% saja dari materi yang diajarkan. Berbeda halnya jika
membelajarakan mereka dengan melakukan
reaksi Biologi, menerapkan kejadian dalam kehidupan sehari-hari yang
berhubungan dengan reaksi Biologi dan menginformasikan di depan kelas kepada
teman-teman tentang apa yang telah dilakukan dan dialaminya yang berhubungan
dengan reaksi tersebut, ia harus mampu mengungkapkan dan melakukan kegiatan
tersebut sehingga perolehan materi akan
mencapai 90% dari yang dibelajarkan guru.
F.
Tujuan
1.
Meningkatkan hasil dan minat belajar siswa.
2.
Mengetahui proses implementasikan “Biologi Kalita” pada materi Biologi
di SMA Negeri 1 Demak tahun
Pelajaran 2018/2019.
3.
Mengetahui
keuntungan dan keunggulan pembelajaran Biologi dengan
menggunakan ”Biologi Kalita ”
G.
Manfaat
1.
Manfaat teoritis
Dapat
memberikan kontribusi bagi perkembangan dunia pendidikan di bidang kajian
desain dan strategi pembelajaran di kelas.
2.
Manfaat praktis
a.
Bagi Siswa
1)
Dapat
meningkatkan hasil belajar.
2)
Dapat memanfatkan di sela-sela waktu pembelajaran untuk
mempelajari materi mandiri ataupun
berkelompok.
b.
Bagi Peneliti
Biologi Kalita untuk
meningkatkan hasil belajar Biologi bagi siswa SMA Negeri 1 Demak Tahun 2018/2019.
c.
Bagi Teman
Sejawat
1)
Sebagai rujukan dalam peningkatan mutu pengelolaan
kelas
2)
Sebagai upaya meningkatkan hasil belajar Biologi.
d.
memberikan masukan atau pedoman kepada guru Biologi khususnya dan guru materi
pelajaran lain pada umumnya.
e.
Bagi Sekolah
1)
Meningkatkan
mutu pembelajaran (mutuallearning)
dengan memanfaatkan fasilitas jejaring sosial.
2)
Meningkatkan kerja sama guru dalam peningkatan mutu
sekolah.
3)
Memperkenalkan model pembelajaran yang memberikan
keleluasaan interaksi antara siswa di dunia industri sehingga siswa akan lebih mudah untuk
mendiskusikan dan mengidentifikasi suatu masalah.
4)
Meningkatkan hasil dan prestasi belajar yang bermuara
pada mutu lulusan.
Minggu, 04 Agustus 2019
STRATEGI P35 HEBAS SEMUT
STRATEGI P35 HEBAS SEMUT
Untuk Meningkatkan Sikap Hemat Energi dan Peduli Lingkungan
di SMA Negeri 1 Demak Kabupaten Demak
BEST PRACTICES
Oleh
SETYO
NUGROHO, S.Pd, M.Pd
NIP 19740430
200701 1 008
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH
DINAS PENDIDIKAN
DAN KEBUDAYAAN
TAHUN 2019
PENGESAHAN
Karya tulis ilmiah dalam bentuk best practice yang
berjudul: ”Strategi P35 HEBAS SEMUTUntuk
meningkatkan Sikap Hemat Energi dan Peduli Lingkungan di SMA Negeri
1 Demak Kabupaten Demak”, disusun oleh Setyo Nugroho, S.Pd, M.Pd (Guru SMA
Negeri 1 Demak) diketahui dan disahkan pada
hari :
Senin
tanggal : 20 Mei
2019
Kepala
SMA Negeri 1 Demak
Suntono,
S.Pd, M.Pd
NIP
19631110 199412 1 003
PRAKATA
Rasa syukur kami sampaikan kehadiran Tuhan Yang Maha Pemurah karena berkat
kemurahan-Nya Best Practice Bagi Guru,
Kesiswaan, Guru Pembimbing Ekstrakurikuler Pendidikan Lingkungan Hidup dan
Sekolah Berbudaya Lingkungan untuk
menerapkan Strategi P-35 HeBas Semut ini dapat diselesaikan sesuaiharapan.
Best Practice ini berdasarkan pengalaman
empiris pengelolaan sekolah hemat energi ini membahas Strategi Hemat Energi dan Bank Sampah
Semut yang sudah dilaksanakan di SMA Negeri 1 Demak dan dapat
menjadi bahan rujukan dan konsultatif best practice bagi Sekolah lain yang berupaya
mengembangkan program sekolah hemat energi dan berbudaya lingkungan.
Best Practice ini disusun dalam rangka
memperdalam pemahaman tentang penerapan metode HeBas Semut serta teknik
penilaian dari penerapannya. Penerapan strategi P-35 HeBas Semut yang
dilaksanakan secara rutin dan
berkelanjutan diharapkan dapat membentuk perilaku peduli lingkungan
yaitu hemat energi dan pedulisampah sekaligus implementasi membangun jati diri
pendidikan karakter siswa.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan
dari berbagai pihak, buku panduan ini tidak akan terwujud dan masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis berharap saran dan
kritik demi perbaikan buku panduan di masa mendatang.
Akhirnya penulis berharap, semoga buku
panduan ini dapat memberiakan manfaat bagi pihak yang membutuhkan.
Demak,
13 Mei 2019
Setyo
Nugroho,
SARI
Nugroho, Setyo. 2019. “Strategi P35 Hebas Semut untuk meningkatkan sikap Hemat Energi dan Peduli Lingkungandi SMA Negeri 1 Demak”. Best Practice. Disajikan dalam Rangka Lomba Best Practice SMA/SMK Tingkat Propinsi Jawa TengahUniversitas Ngudi Waluyo Semarang Tahun 2019.
Strategi P-35 Hebas Semut (Program 3M Hemat Energi dan 5M Bank Sampah,
Semua dipungut) merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat diterapkan
pada ekstrakurikuler di SMA/SMK sekaligus kombinasi pembiasaan kesiswaan
terprogram khususnya Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) yang secara umum
memasukkan aspek afektif. Karya tulis ini dimaksudkan untuk memberikan
gambaran mengenai: (1) peningkatan sikap hemat energi dan peduli lingkungan
dengan Strategi
P-35 Hebas Semut, dan (2) hasil atau
dampak dari pelaksanaan pembelajaran peningkatan penguasaan konsep biologi melalui
Strategi P-35 Hebas Semut.
Karya
tulis ini merupakan pengalaman pelaksanaan kegiatan kesiswaan dan pembiasaan di SMA
Negeri 1 Demak dalam bentuk best
practice. Pengalaman selama 6tahun melaksanakan program kesiswaan dan
karakter melaluiStrategi
P-35 Hebas Semut terdiri atas: (1) peningkatan
sikap jujur, (2) peningkatan tanggungjawab , (3) disiplin dalam perilakun
keseharian peserta didik dan (4) terbentuknya sikap hemat enrgi dan peduli
lingkungan peserta didik.
Dampak
dari pelaksanaanStrategi P-35 Hebas Semutadalah: (1) Peningkatan keaktifan siswa dalam
mengkaji konsep yang dipelajari dan keaktifan bertanya dalam diskusi kelompok
atau diskusi kelas, (2) Meningkatkan
kerjasama dalam kelompok berdasarkan keaktifan siswa dalam membantu anggota
kelompoknya, (3)Pengayaan konsep-konsep biologi yang sebelumnya tidak
ditemukan pada buku terbitan di Indonesia yang dijadikan sumber belajar, (4) Penemuan konsep-konsep yang ada pada buku referensi yang
tidak sesuai dengan konsep yang diuraikan pada pada buku terbitan di Indonesia
yang dijadikan sumber belajar, (5) dan
dimuatnya artikel di Jawa Pos.
Berdasarkan pengalaman ini
direkomendasikan agar (1) guru melaksanakan pembelajaran dan pembiasaan dengan Metode P-35 HeBas, (2) kepala sekolah
perlu memfasilitasi kegiatan pembelajaran dan pembiasaan ini yang melibatkan
banyak pihak, dan (3) Sekolah membentuk tim sekolah hemat enrgi dan peduli lingkynagndengan melibatkan sekolah dan stake holder, (4) Sekolah
menjalin kerjasama dengan berbagai pihak untuk meningkatkan minat baca peserta
didik sehingga program Metode P-35 HeBas dapat lebih bermakna dan (5) Dinas pendidikanperlu menyebarluaskan strategi
pembelajaran Metode P-35
HeBas ini untuk digunakan disekolah lain.
DAFTAR ISI
halaman
JUDUL.......................................................................................................................... i
PENGESAHAN........................................................................................................... ii
PRAKATA.................................................................................................................... iii
SARI............................................................................................................................. iv
DAFTAR ISI................................................................................................................ v
BAB I: PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah........................................................................ 1
B.
Permasalahan......................................................................................... 4
C.
Strategi Pemecahan Masalah................................................................. 4
1.
Deskripsi Strategi Pemecahan Masalah............................................. 4
2.
Tahapan Operasional Pelaksanaaannya............................................. 5
BAB II : PEMBAHASAN
A.
Alasan Pemilihan Strategi
Masalah........................................................ 10
B.
Hasil atau Dampak yang
Dicapai dari Strategi yang Dipilih................. 11
C.
Kendala-Kendala yang
Dihadapi dalam Melaksanakan Strategi yang Dipilih
11
D.
Faktor-Faktor Pendukung...................................................................... 12
E.
Alternatif Pengembangan...................................................................... 13
BAB III : SIMPULAN
DAN REKOMENDASI
A.
Simpulan ............................................................................................... 15
B.
Rekomendasi......................................................................................... 15
DAFTAR
PUSTAKA................................................................................................... 17
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Dunia pendidikan semakin
berkembangan dengan adanya perubahan sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan
masyarakat pendidikan sangat penting untuk meningkatkan kualitas kehidupan
manusia.Handerson (dalam Munib 2010:24) mengemukakan pendidikan merupakan suatu
hal yang tidak dapat dielakkan oleh manusia, suatu perbuatan yang tidak boleh
terjadi, karena pendidikan itu membimbing generasi muda untuk mencapai suatu
generasi yang baik.seseorang yang memperoleh pendidikan salah satunya melalui
lembaga formal yang disebut sekolah.
Kesadaran tentang pentingnya arti pendidikan telah
mendukung berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap
setiap gerak langkah dan perkembangan dunia pendidikan. Pendidikan sebagai
salah satu upaya dalam rangka meningkatkan kualitas tahap hidup manusia yang
pada intinya bertujuan untuk memanusiakan manusia, mendewasakan, merubah
perilaku, serta meningkatkan kualitas yang lebih baik.
Sekolah yang efektif akan
mampu membangun komunitas belajar warganya dan Terkait dengan masalah
lingkungan yang makin hari makin bertambah banyak dan beragam tersebut, sangat
diperlukan adanya suatu pengelolaan agar lingkungan yang ada yang sudah
mengalami penurunan kualitas tersebut tidak menjadi semakin parah namun terjadi
pemulihan yang lebih baik. Untuk mengantisipasi hal tersebut, pembangunan
nasional diarahkan untuk menerapkan konsep pembangunan berwawasan lingkungan
atau pembangunan berkelanjutan (sustainable development).Salah satu
unsur dalam konsep pembangunan berkelanjutan tersebut adalah pendidikan
lingkungan hidup (environmental education).Secara formal pendidikan
lingkungan hidup menjadi salah satu alternatif yang rasional untuk memasukkan
pendidikan lingkungan ke dalam kurikulum.Pendidikan lingkungan hidup merupakan
salah satu faktor penting dalam keberhasilan dalam pengelolaan lingkungan hidup
dan juga menjadi sarana yang sangat penting dalam menghasilkan sumber daya
manusia yang dapat melaksanakan prinsip pembangunan berkelanjutan (Yustina,
2006: 55).
Kementerian Lingkungan Hidup membuat kebijakan
program sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan salah satunya melalui
program Adiwiyata . Program Adiwiyata dalam Kementerian Lingkungan Hidup (2012)
adalah suatu program Kementerian Lingkungan Hidup yang merupakan implementasati
peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.02 Tahun 2009. Program ini merupakan
suatu bentuk penghargaan yang diberikan oleh pemerintah kepada lembaga
pendidikan formal yang dinilai berjasa dalam mengembangkan pendidikan
lingkungan hidup. Tujuan diterapkannya program adiwiyata yaitu,menciptakan kondisi yang baik bagi
sekolah untuk menjadi tempat pembelajaran dan menyadarkan warga sekolah
(guru,murid dan pekerja lainnya), sehingga kemudian hari warga sekolah tersebut
turut bertanggung jawab dalam upaya upaya menyelamatkan lingkungan dan
pembangunan berkelanjutan (Kementerian Lingkungan Hidup,2012).Ironisnya
berbagai inovasi dan usaha dari sekolah yang bertujuan untuk membentuk para
siswa untuk lebih peduli terhadap lingkungannya belum dilaksanakan oleh seluruh
komponen warga sekolah.Masih terdapat masalah yang terjadi dalam rangka
implementasi program Adiwiyata kepada seluruh elemen sekolah khususnya siswa.
Pendidikan
Lingkungan Hidup merupakan program pendidikan untuk membina anak didik agar
memiliki pengertian, kesadaran, sikap, dan perilaku yang rasional serta
bertanggungjawab terhadap alam sehingga mampu mencapai pembangunan yang berkelanjutan.
Mata Pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup dilaksanakan melalui strategi
pembelajaran learning by doing dengan
menggunakan model pembelajaran berbasis proyek. Peserta didik melakukan
eksplorasi, penilaian, interpretasi, dan informasi untuk menghasilkan berbagai
bentuk hasil belajar. Pembelajaran itu menggunakan masalah sebagai langkah awal
dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan dan pengalamannyata.Pembelajaran
Pendidikan Lingkungan Hidup difokuskan pada pembentukan sikap peduli
lingkungan. Dalam hal ini, peserta didik diharapkan memiliki sikap hemat energi
dan peduli lingkungan khusunya terhadap masalah sampah. Tujuan itu dapat
terwujud jika setiap peserta didik dapat melaksanakan aksi hemat energi dan peduli sampah dengan melakukan praktek
langsung.
Oleh karena itu,
pembelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup harus dilaksanakan dengan dua basis
yakni basis partisipatif dan bereksinambungan. Basis partisipatif berarti
program didukung semua pihak yang berada di lingkungan sekolah mencakup pihak
sekolah/yayasan, manajemen, guru, staf, petugas cleaning service, orang
tua/wali peserta didik. Sedangkan basis berkelanjutan berarti bahwa program
dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan. Basis partisipatif melibatkan
siswa dalam kegiatan pembiasaan rutin kesiswaan yang dibantu oleh OSIS SMA.
Melalui program rutin bulanan OSIS SMA
Negeri 1 Demak ini, proses penilaian pengumpulan sampah sebelum disetorkan ke
Bank Sampah SMA Negeri 1 Demak dengan kegiatan Semut dapat menjadi ikon pembiasaan yang terjadwal. Strategi P-35 Hebas Semut(Proyek 3M Hemat Energi dan 5M Bank Sampah, Semua
dipungut) merupakan salah satu metode pembelajaran dan pembiasaan kesiswaan
yang dapat diterapkan pada ekstrakurikuler di SMA/SMK sekaligus kombinasi
pembiasaan kesiswaan terprogram khususnya Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) yang
secara umum memasukkan aspek afektif. Aspek afektif yang dimaksud yaitu tingkah
laku suatu nilai dan komitmen yang diperlukan untuk membangun masyarakat yang berkelanjutan
B.
Permasalahan
A.
Bagaimanakah
Penerapan Strategi P35 Hebas Semut dalam pembelajaran dan pembiasaan
peduli lingkungan di SMA Negeri 1 Demak ?
B.
Bagaimanakah
hasil dan dampak dari Strategi P35 Hebas Semut dalam pembelajaran dan
pembiasaan peduli lingkungan di SMA Negeri 1 Demak?
C.
Tujuan
2.
Kemampuan sikap
peserta didik lebih terukur danobyektif.
3.
Siswa belajar
nyata tentang pemanfatan lingkungan dan hemat energi melalui organisasi
terlatih.
4.
Peserta didik
memiliki karakter unggul dan jiwa bertanggung jawab dalam meningkatkan sikap
hemat energi dan peduli lingkungan.
D.
Manfaat
a.
Peserta didik
memiliki gairah dan motivasi yang tinggi dalam pembelajaran dan pembiasaan
hemat energi dan peduli lingkungan.
b.
Peserta didik
memiliki karakter unggul dan jiwa tanggungjawab sikap hemat energi dan peduli
lingkungan.
a.
Menambah
pengalaman baru tentang strategi pembelajaran dan pembiasaan sikap hemat
energi melalui Strategi P 35 Hebas Semutmenuju
peserta didik berkarakter lingkungan.
b.
Dapat dijadikan
referensi terhadap pendidik lain untuk menerapkan strategi pembelajaran dan
pembiasaan hemat energi dan peduli lingkungan dengan metode p 35 hebas semut
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a.
Deskripsi dan RuangLingkup
Dalam Deskripsi dan ruang lingkup ini penulis
melakukan penelurusan terhadap penelitian-penelitian terdahulu yang relevan
guna membantu dalam penelitian ini. Penelitian yang relevan dengan Strategi P-35 Hebas
Semut dalam
meningkatkan sikap hemat energi dan peduli lingkungan di SMA Negeri 1 Demak adalah sebagai
berikut :
Furkan (2014) dalam penelitiannya yang berjudul “The Implementation of Character Education
Through The School Culture in SMA Dompu and SMA Negeri Kilo Dompu Regency” meneliti
tentang penerapan pendidikan karakter melalui budaya sekolah di SMA Dompu and
SMA Negeri Kilo, kota Dompu. Penelitian tersebut menjelaskan bahwa dalam kedua
SMA, penerapan pendidikan karakter dilakukan dengan menggunakan metode budaya
sekolah. Pengembangan budaya sekolah terhadap pembentukan karakter di kedua
sekolah tersebut meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi.
Pengembangan budaya sekolah untuk membangun karakter di SMA Negeri 1 Dompu
berjalan dengan baik. Dengan didukung oleh pihak sekolah dan komite sekolah.
SMA Negeri 1 Dompu melakukan banyak kegiatan untuk mengembangkan budaya sekolah
yang diadopsi oleh siswa. Sedangkan di SMA Negeri Kilo perencanaan pengembangan
budaya sekolah sudah baik namun pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi tidak
berjalan cukup baik karena tidak adanya dukungan pihak sekolah dan komite
sekolah serta kurangnya kegiatan untuk membangun budaya sekolah. Dampak
pembangunan karakter melalui budaya sekolah pada kedua sekolah mewujudkan:
peduli kebersihan, keindahan dan kerapian, ketaatan keagamaan, ketaatan aturan,
saling menghormati, sopan dan kekeluargaan, jujur dan tanggung jawab,
kebersamaan, arsip dokumen yang rapi dan infrastruktur pendidikan, partisipasi
dan keterlibatan pihak yang berkepentingan.
Persamaan penelitian yang diteliti oleh penulis
sama-sama mengkaji tentang pelaksanaan pendidikan karakter yang ada pada
lembaga pendidikan sekolah formal. Adapun perbedaan penelitian dari yang
peneliti kaji yaitu terletak pada bentuk pelaksanaan pendidikan karakter. Dalam
penelitian tersebut pelaksanaan pendidikan karakter dilakukan melalui melalui
metode budaya sekolah. Sedangkan yang akan diteliti peneliti, pelaksanaan
Kaderisasi hemat energy untuk sebagai pembantu program Adiwiyata yang lebih
khusus dalam hal lingkungan hidup.
Zaini (2016) dalam jurnal penelitiannya yang berjudul “Pengembangan Program Adiwiyata Dalam
Mewujudkan Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan” meneliti tentang
terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga sekolah dalam Program Adiwiyata.
Penelitian tersebut menjelaskan bahwa Program Adiwiyata adalah
salah satu program Kementrian Negara Lingkungan dalam rangka mendorong
terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga sekolah dalam upaya pelestarian
lingkungan hidup. Dalamprogram ini diharapkan setiap warga sekolah ikut
terlibat dalam kegiatansekolah menuju lingkungan yang sehat serta menghindari
dampak lingkungan yang negatif. Dalam pelaksanaannya Kementrian Negara
Lingkungan Hidup bekerjasama dengan para stakeholder, menggulirkan Program
Adiwiyata ini. Memahami makna sekolahberwawasan lingkungan yang seharusnya
adalah berbuat untuk menciptakan kualitas lingkungan sekolah yang kondusif,
ekologis, lestari secaranyata dan berkelanjutan, tentunya dengan cara-cara yang
simpatik, kreatif, inovatif dengan menganut nilai-nilai dan kearifan budaya
lokal.
Persamaan penelitian yang diteliti oleh penulis
sama-sama mengkaji tentang bagaimana menciptakan kualitas lingkungan sekolah
dan menumbuhkan nilai-nilai peduli lingkungan demi tercapainya lingkungan yang
bersih, berkurangnya polusi, dan pencemaran lingkungan diserta dengan tumbuhnya
nilai-nilai dan kearifan lokal yang berkaitan dengan lingkungan. Adapun perbedaan
penelitian dari yang peneliti kaji yaitu terletak pada bentuk pelaksanaan
pendidikan karakter. Dalam penelitian tersebut pelaksanaan pendidikan karakter
dilakukan melalui melalui metode budaya sekolah. Sedangkan yang akan diteliti
peneliti, pelaksanaan Kaderisasi hemat energy untuk sebagai pembantu program
Adiwiyata yang lebih khusus dalam hal lingkungan hidup.
Desfandi (2015) dalam jurnal penelitiannya yang
berjudul “Mewujudkan Masyarakat
Berkarakter Peduli Lingkungan Melalui Program Adiwiyata” meneliti tentang
tujuan Program Adiwiyata untuk mendukung program pembangungan berkelanjutan.
Penelitian tersebut menjelaskan bahwa Program Adiwiyata dilaksanakan guna mewujudkan warga
sekolah yang bertanggung jawab dalam upaya perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup melalui tata kelola sekolah yang baik untuk mendukung
pembangunan berkelanjutan. Program Adiwiyata menggabungkan pembelajaran dan
tindakan, sehingga memberikan metode yang efektif untuk mengubah perilaku.
Sekolah Adiwiyata diharapkan dapat menjadi agen perubahan bagi masyarakat di
lingkungan sekitar sekolah. Sekolah harus menjadi model dalam mewujudkan
lingkungan yang sehat dan nyaman serta menjadi model dalam mewujudkan warga
sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan. Warga sekolah selanjutnya diharapkan
dapat menjadi contoh dan menularkan karakter peduli lingkungan kepada
masyarakat.
Persamaan penelitian yang diteliti oleh penulis
sama-sama mengkaji tentang bagaimana pendidikan formal bisa menjadi agen
perubahan dalam merestorari lingkungan yang telah rusak dan membuatmnya menjadi
sehat dan nyaman. Adapun perbedaan
penelitian dari yang peneliti kaji yaitu terletak pada bentuk pelaksanaan
pendidikan karakter. Dalam penelitian tersebut pelaksanaan pendidikan karakter
dilakukan dengan menjadikan siswa sebagai agen perubahan. Sedangkan yang akan diteliti peneliti, pelaksanaan , pelaksanaan
Kaderisasi hemat energi untuk mendukung program Adiwiyata yang lebih khusus
dalam hal lingkungan hidup.
Nanik Hidayati, dkk (2013)
dalam jurnal penelitiannya yang berjudul “Perilaku Warga Sekolah dalam Program
Adiwiyata di SMK Negeri 2 Semarang” meneliti tentang Program Adiwiyata
bertujuan untuk melindungi lingkungan dan melestarikan alam dengan perubahan
perilaku manusia. Penelitian tersebut
menjelaskan bahwa Program Adiwiyata berupa penerapan perilaku
manusia terhadap alam untuk melindungi dan melestarikan keberadaan alam agar
terjadi keberlanjutan kehidupan. Adiwiyata merupakan suatu tempat yang baik dan
ideal untuk memperoleh segala ilmu pengetahuan dan berbagai norma serta etika
yang dapat menjadi dasar manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidup untuk
mencapai cita-cita pembangunan berkelanjutan. Keberhasilan program Adiwiyata
apabila warga sekolah memiliki perilaku yang berwawasan lingkungan di manapun
berada. Program tersebut selain untuk pembentukan karakter peduli lingkungan
juga sebagai salah satu cara menghemat anggaran, sebab dalam indikator
Adiwiyata tercantum upaya penghematan sumber daya alam.
Persamaan
penelitian yang diteliti oleh penulis sama-sama mengkaji tentang bagaimana cara
kerja dan tujuan diadakannya Program Adiwiyata. Adapun perbedaan penelitian
dari yang peneliti kaji yaitu terletak pada bentuk pelaksanaan pendidikan
karakter. Dalam penelitian tersebut pelaksanaan pendidikan karakter dilakukan
dengan cara merubah perilaku siswa. Sedangkan yang akan diteliti peneliti,
pelaksanaan Kaderisasi hemat energy untuk sebagai pembantu program Adiwiyata
yang lebih khusus dalam hal lingkungan hidup.
Penelitian
yang dilakukan oleh Anis, dkk (2017) dalam jurnal penelitiannya tentang Implementasi Model Kaderisasi Mahasiswa
Untuk Membangun Karakter Unggul di Masjid Salman hasil penelitian tersebut
yaitu: Keberadaan masjid kampus tidak hanya berfungsi sebagai ritual ibadah
sembahyang wajib yang dilakukan oleh muslim. Namun, sesuai dengan
perkembangannya, masjid kampus menjadi salah satu wadah untuk mengembangkan
pendidikan, sosial, dan bidang lainnya yang diharapkan dapat membantu
permasalahan yang ada di masyarakat sekitar, melalui sentuhan agama. Bentuk
dari macam-macam potensi yang dikembangkan dalam masjid kampus inilah, yang
akan menjadi cikal bakal para kader yang akan mewarisi nilai masyarakat, untuk
menjadi bagian dari pemimpin atau yang akan menyelesaikan permasalahan menuju
kehidupan sosial yang lebih baik. Tak bisa dipungkiri, keberadaan masjid kampus
sebagai wadah pendidikan dan pengembangan karakter religius, kurang diminati
mahasiswa, pola hidup hedonisme dan acuh tak acuh terhadap keadaan sosial,
membuat mahasiswa bersikap individualis.
Erhabor, dan Don(2016) dalam jurnal penelitiannya yang
berjudul “Impact of Environmental Education On the
Knowledgeand Attitude of Students Towards the Environment” meneliti tentang Program Pendidikan Lingkungan Hidup
di Nigeria. Penelitian tersebut menjelaskan bahwa dalam melaksanakan Program
Pendidikan Lingkungan Hidup kepada para siswa di Nigeria yang sadar akan
lingkungan berpotensi menjadi agen perubahan di masa depan baik bagi negara
maupun lingkungan hidup disekitar tempat tinggal mereka. Maka dari itu dengan
adanya pendidikan lingkungan hidup para siswa diharapkan para siswa memiliki
peluang untuk menjadi penggerak dalam mengatasi berbagai isu lingkungan hidup.
Dengan adanya Pendidikan Lingkungan Hidup, para siswa mempunyai pengetahuan dan
sikap positif terhadap lingkungan. Maka dari itu mereka para gerasi muda harus
didorong untuk lebih lanjut lagi ke dalam lingkungan pemerintahan untuk bisa
turut serta dalam implementasi Pendidikan Lingkungan Hidup khususnya dalam
program pembangunan berkelanjutan.
Penelitian
yang dilakukan oleh Kisworo, bagus dalam jurnal penelitiannya tentang Analisis
Implementasi 7 Pilar Konservasi Universitas Negeri Semarang di Fakultas Ilmu
Pendidikan hasil
penelitian tersebut adalah Sejak dideklarasikannya Unnes sebagai universitas
konservasi pada Maret 2010 hingga saat ini. Beberapa hal didapatkan dari
penelitian ini yang menyimpulkan mengenai pemahaman, implementasi 7 pilar
konservasi di FIP dan faktor penghambat dan pendukung perwujudan universitas
konservasi melalui 7 pilar konservasinya. Pemahaman civitas akademika FIP
terhadap wacara konservasi belum menujukkan sepenuhnya pemahaman secara
menyeluruh dari segi konteks maknanya. Menunjukkan bahwa dari pejabat memiliki
pemahaman lebih baik dibandingkan dengan beberapa civitas akademika lain yang
ada di FIP, baik itu mahasiswa, dosen, tenaga kependidikan maupun tenaga teknis
lainnyaImplementasi 7 pilar konservasi yang ada di lingkungan FIP masih
menonjolkan beberapa pilar dominan saja yaitu arsitektur hijau dan transportasi
internal. Pilar nirkertas; konservasi etika, seni dan budaya; kaderisasi
konservasi; keanekaragaman hayati; pengelolaan limbah; dan energi bersih
menjadi runtutan rensta sekaligus dimasukkan dalam perioritas yang membutuhkan
pengembangan besar ke depan. Sedangkan pada faktor penghambat dan pendukung
dalam perwujudan universitas konservasi melalui 7 pilar konservasi tersebut
menempatkan psikologi mental dari semua warga Unnes menjadi perhatian utama.
Komitmen dan partisipasi bersama menjadi tanggung jawab untuk mendukung,
menjaga, memantau dan berkoordinasi dalam mewujudkan universitas konservasi
yang unggul, sehat dan sejahtera.
Penelitian yang dilakukan oleh Hadiarti, Safitri (2013) Kesiapan Lembaga Sekolah dalam Pelaksanaan
Pendidikan Karakter Siswa di SMA Negeri 1 Batang.
dalam
jurnal hasil penelitian tersebut yaitu: Nilai-nilai yang dikembangkan dalam
program pendidikan karakter di SMA Negeri 1 Batang antara lain: penanaman nilai
religius di SMA Negeri 1 Batang dilaksanakan dengan adanya kegiatan pada
peserta didik dinamakan dengan kuliah pagi dilakukan sesuai dengan jadwal kelas
masing-masing yang dilaksanakan mulai pukul 06.00 WIB. Penanaman nilai jujur di
SMA Negeri 1 Batang dengan menggunakan media kantin kejujuran yang sudah ada di
sekolah. Peduli lingkungan dengan menggunakan media tempat sampah yang sudah
dibedakan antara sampah organik dan non organik yang sudah disediakan di depan
ruang guru dan di depan masing kelas, tetapi pada kenyataanya masih banyak
dijumpai peserta didik yang mengabaikan dengan membuang sampah sembarangan.
Nilai nasionalisme dengan cara pemutaran lagu-lagu nasional pada pagi hari.
Penanaman nilai tertib dan displin yang menjadi penanaman nilai karakter yang
utama diterapkan di SMA Negeri 1 Batang. Pengembangan nilai karakter ini di SMA
Negeri 1 Batang disesuaikan dengan nilai-nilai karakter pada sekolah, selain
itu beberapa guru juga mengembangkan nilai-nilai lain yang disesuaikan dengan materi
pelajarannya, namun selalu mengacu pada 18 nilai-nilai karakter yang telah
ditetapkan oleh Kementrian Pendidikan Nasional.
Pelaksanaannya dalam menerapkan
nilai-nilai karakter di SMA Negeri 1 Batang dapat dilihat dalam silabus dan RPP
yang disusun oleh guru di SMA Negeri 1 Batang. SMA Negeri 1 Batang mempunyai 3
cara dalam pelaksanaan pendidikan karakter yaitu melalui sosialisasi pada saat
upacara-upacara seperti upacara setiap hari senin dan upacara hari nasional.
Kegiatan formal di kelas pada saat kegiatan belajar mengajar guru SMA Negeri 1
Batang selalu menyisipkan nilai karakter di sela-sela jam pelajarannya, dan
melalui keteladanan atau pemberian contoh yang dilakukan oleh kepala sekolah,
bapak atau ibu guru, dan juga staf/karyawan TU.
Penelitian
yang dilakukan oleh Sari, Deasy Ratna (2015).Pendidikan
PengelolaanSampahdi
Kelurahan Sampangan
KecamatanGajah
Mungkur. dalam isi
jurnalnyaBerdasarkan hasil wawancara terhadap 41 responden dari warga Sampangan
maka didapatkan hasil yaitu yang masuk dalam kriteria sangat rendah sebanyak 9
orang (21,95%), rendah sebanyak 10 orang (24,39%), kemudian tinggi sebanyak 12
orang (29,27%), dan sangat tinggi yaitu 10 orang (24,39%). Penentuan ini
mengacu pada variabel kepedulian dalam pengelolaan sampah yang terdiri dari 7
indikator. Hasil pengolahan data tentang pengaruh tingkat pendidikan terhadap
kepedulian pengelolaan sampah di RW 02 Kelurahan Sampangan, ditampilkan pada
Tabel 2. Berdasarkan hasil tabel 2, analisis menggunakan tabel silang didapat
hasil yaitu dari responden dengan kepedulian sangat rendah yang mempunyai latar
belakang pendidikan PT yaitu sebanyak 4 orang (9,8%), responden dengan
kepedulian rendah yang mempunyai latar belakang pendidikan PT yaitu sebanyak 5
orang (12,1%). Responden dengan kepedulian tinggi yang mempunyai latar belakang
pendidikan SMA yaitu 6 orang (14,7%). Responden dengan kepedulian sangat tinggi
mempunyai latar belakang pendidikan SMA yaitu 6 orang (14,7%). Pendidikan
nonformal yang dilaksanakan oleh KSM Ngudi Kamulyan adalah dalam bentuk
memberikan pelatihan dan sosialisasi tentang pengelolaan sampah organik dan non
organik. Warga dengan tingkat pendidikan SD, kepeduliannya dalam pengelolaan
sampah tergolong sangat rendah dan rendah. Latar belakang pendidikan yang
mempunyai kepedulian.
Penelitian yang dilakukan olehListianaIda (2016) Analisis Pelaksanaan Pendidikan
Konservasi Dengan Perilaku Peduli Lingkungan Pada Mahasiswa Jurusan Geografi Sebagai Kader Konservasi.
dalam hasil penelitian tersebut yaitu: pelaksanaan pendidikan konservasi memiliki tiga aspek
penting yaitu aspek kognitif meliputi proses pemahaman materi konservasi dan
menjaga keseimbangan lingkungan, afektif meliputi sikap, nilai, dan komitmen.
Sehingga mahasiswa wajib memiliki 11 nilai karakter konservasi Unnes dan
menanamkan delapan nilai konservasi yang ada di fakultasnya. Aspek Psikomotorik
mahasiswa diwajibkan mengikuti pelatihan pembuatan pupuk kompos, penangkaran
kupu-kupu, dan taman keanekaragaman hayati. Pelaksanaan mata kuliah ini juga
diamalkan dilapangan seperti senam konservasi dan penanaman pohon. Pelaksanaan
perilaku peduli lingkungan pada mahasiswa meliputi pengelolaan limbah, energi
bersih, keanekaragaman hayati, arsitektur hijau dan transportasi internal,
dankeanekaragaman hayati. Sebesar 74% mahasiswa menjawab iya dalam pelaksanaan
perilaku peduli lingkungan dalam lima program konservasi Unnes. Hal ini
dikarenakan adanya faktor internal dan ekternal seperti pengetahuan dan
kesadaran mahasiswa. Kendala dalam pelaksanaan pendidikan konservasi yaitu
kurangnya partisipasi warga kampus dalam melaksanakan lima program konservasi
secara konsisten, kurangnya waktu praktek dan kunjungan lapangan, kesadaran
lingkungan, dan fasilitas belum mendukung.
Metode P-35 He Bas Semut merupakan singkatan
dari P(Proyek), 3M Hemat Energi, dan 5M Bank Sampah Semut (Semua Memungut).
Aksi 3M berupa kegiatan mematikan lampu/kipas angin saat ruang kelas tidak
dipakai untuk proses belajar mengajar, mencabut kabel power listrik jika
peralatan sudah tidak dipergunakan , dan menurunkan suhu AC (Air Conditioning)
di ruangan pada suhu 25 oC.
Tujuan aksi 3M yaitu mengajak partisipatif aktif pelaku untuk menghemat energi
listrik. Aksi 3M dapat dilakukan siswa sekolah maupun di rumah secara
individual. Kebijakan ini didukung oleh sekolah dan OSIS melalui pembiasaan
hemat energi melalui kebijakan sekolah untuk menghidupkan AC mulai jam tertentu serta mematikan alat-alat
listrik kelas setelah dipakai untuk pembelajaran. Mengingat sekolah dilengkapi
sarana prasarana kelas dan ruang ber-AC maka perlu ada formulasi yang cerdas
untuk mengurangi penggunaan listrik yang berlebihan.
Sementara aksi 5M
terdiri dari kegiatan memilah, menyetor, menimbang, mencatat dan menjual
sampah. Kegiatan diawali dengan memisahkan sampah organik seperti sisa makanan
dan dedaunan dengan sampah anorganik antara lain botol plastik dan wadah
makanan seperti plastik atau sterofoam. Masing-masing kelompok sampah
ditempatkan dalam wadah yang berbeda. Kemudian sampah diberikan kepada pengelola
bank sampah. Di Bank Sampah, kegiatan selanjutnya yaitu menimbang dan mencatat
sampah yang disetorkan untk kemudian dijual, dan Semut (semua dipungut) adalah
kegiatan partisipatif rutin kelas bulanan kompetisi dengan cara mengambil sampah ditiap angkatan kelas,
pemenang Semut adalah pengambil
sampah terbanyak untuk kategori sampah organik dan anorganik per angkatan kelas dengan mendapat reward makan dan minum gratis dari CSR
Kantin Sekolah di SMA Negeri 1Demak. Kegiatan Semut merupakan kegiatan pembiasaan mobilisasi terprogram dari OSIS
yang setiap satu bulan sekali diterapkan di SMA Negeri 1 Demak. Kegiatan Semut merupkan kegiatan aktualisasi
bersama yang dikompetisikan untuk memacu semangat peduli dan tanggap terhadap limbah
lingkungan.
Bank Sampah merupakan
suatu sistem pengelolaan sampah yang dirancang seperti mekanisme kerja
diperbankan dimana masyarakat dapat menabung sampah yang dibuktikan adanya
nomor rekening dan buku rekening tabungan. Komponen bank sampah terdiri dari
penabung sampah, pengelola bank sampah, dan pembeli bank sampah. Dalam hal ini
siswa berperan sebagai penabung bank sampah dan pengelola bank sampah. Di
setiap kelas disediakan dua kantong besar , yang pertama untuk menampung sampah
botol plastik yang didominasi botol minuman kemasan sementara kantong besar
yang lain untuk menampung sampah dari kertas.
Bank sampah SMA Negeri 1 Demak menyediakan 2 buku tabungan untuk
masing-masing kelas yang dikelola oleh petugas Bank Sampah SMA Negeri 1 Demak,
satu tabungan untuk mencatat jumlah sampah yang
terjual sementara satu tabungan yang lain untuk menghitung nominal
konversi hasil penjualan sampah menjadi nominal uang. Uang tabungan dapat
diambil setiap satu tahun sekali untuk kebutuhan kelas tersebut. Petugas Bank
sampah mencatat daftar distribusi penjualan sampah yang dikelola oleh kelas
masing-masing. Jadwal penyetoran pelayanan penjualan bank Sampah setiap hari
rabu dan sabtu pada saat jam istirahat.
Sampah organik nantinya
dapat dimanfaatkan pengelola bank sampah untuk membuat kompos atau pupuk untuk
tanaman melalui ekstrakurikuler komposting SMA Negeri 1 Demak. Sedangkan sampah
anorganik dapat didaur ulang atau dimanfaatkan untuk kepeluan lainnya seperti
pembangkit listrik bila terdapat dalam jumlah besar. Dengan strategi P-35 Hebas Semut, aksi 3M untuk menghemat listrik dan
5M untuk mengelola sampah dipadukan menjadi sebuah kesatuan program, dan Semut
sebagai bentuk kegiatan aktualisasi kompetitif mengambil sampah. Dengan
demikian semua proses pemanfaatan limbah disekolah dapat dimanfaatkan untuk
pembelajaran sekaligus life skill untuk siswa peduli hemat energi dan peduli
lingkungan.
b. Tujuan dan Manfaat Metode P-35 He Bas Semut
Tujuan :
1.
Pembelajaran
menjadi menyenangkan dengan prinsip learning
bydoing
2.
Kemampuan sikap peserta
didik lebih terukur dan obyektif.
3.
Siswa belajar
nyata tentang pemanfatan lingkungan dan hemat energi melalui organisasi terlatih.
Manfaat:
1. Membentuk sikap berfikir kreatif dalam memecahkan masalah, kejujuran,
tanggungjawab.
2. Menumbuhkan
disiplin peserta didik dalam mewujudkan
sikap peduli lingkungan.
PEMBAHASAN
A.
Tahapan Operasional
Pelaksanaan
Pelaksanaan strategi P-35 Hebas Semut, dimulai dengan
membentuk Kader Gesagi, Kader Bank Sampah dan Kader Semut serta mempersiapkan
sarana dan prasarana. Selain siswa, proses persiapan dan pembentukan semua
kader melibatkan guru/wali kelas dan tim
kesiswaab sebagai pihak yang terlibat langsung dalam pelaksanaan Setrategi P-35 Hebas Semut setiap harinya di
lingkungan sekolah.
Strategi P-35 P-35 Hebas Semut dapat dilaksanakan
dengan baik jika dilaksanakan secara rutin dan berkelanjutan. Untuk itu
diperlukan peran aktif pihak terkait yang berada di lingkungan sekolah baik
dalam tahap persiapan maupun pelaksanaannya.
1. Pembentukan Kader P 35 Hebas Semut
Pada prakteknya, mata
pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup disisipkan untuk memperkaya mata pelajaran
lainnnya. Pembelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup di SMA/SMK salah satunya
dilaksanakan dengan cara learning by
doing melalui pembiasaan rutin penghematan energi dan pengumpulan sampah
anorganik. Kegiatan tersebut difasilitasi sekolah dan Kader Konservasi yang diwakili peserta didik yang mendapat
giliran bertugas.
Di SMA Negeri 1
Demak dibentuk 6 orang Kader P35 Hebas
Semut dari perwakilan kelas. Dua orang bertugas untuk mengamati dan mencatat
kegiatan Hemat Energi, dua lainnya bertugas untuk mengamati dan mencatat
kegiatan Bank Sampah dan dua lainnya mengamati, mencatat kegiatan Semut (semua dipungut). Khusus kegiatan
Semut bekerja sama dengan program kerja OSIS rutin setiap satu bulan sekali.
Kegiatan observasi yang dilakukan peserta didik bermanfaat untuk melatih
kejujuran siswa terutama dalam mendata (melakukan check list) format lembaran
observasi Hemat Energi dan merekapitulasi setoran sampah anorganik ke Bank
Sampah. Adapun Kader P35 Hebas Semut
terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut :
a.
Kader
Gesagi
Kader
Gesagi Hemat Energi. Jumlahnya dua orang. Mereka bertugas melakuan observasi
hemat energi. Tugasnya antara lain bertanggungjawab mengamati pelaksanaan kegiatan
hemat energi di sekolah (untuk masing-masing kelas) dengan melakukan check list
penggunaan listrik (lampu, kipas angin, dan peralatan elektronik lainnya)
dikelas dan ruangan lainnya. Pengecekan juga dilakukan terkait penggunaan kabel
power alat listrik dikelas serta mengatur suhu AC pada tingkat optimal maupun
mengecek waktu pengoperasiannya(kondisi menyala atau mati).
b.
Kader
Bank Sampah
Petugas
Kantin yang dimaksud adalah dua peserta didik yang bertugas di kantin sekolah.
Tugas utama mereka yaitu merekap pengumpulan sampah anorganik per kelas
berdasarkan jenis dan jumlahnya.
c.
Kader
Semut
Petugas
Semut yang dimaksud adalah dua
peserta didik yang bertugas merekap jumlah sampah yang telah tertimbang,
mendata pemenang di masing-masing angkatan kelas.
Kader
Gesagi, Kader Bank Sampah dan Kader Semut
diambil dari dari perwakilan yang
mendapat jatah giliran setahun dua kali.
2.Persiapan sarana dan Prasarana
Strategi P-35 Hebas Semut Tahap1
1.
Mendesain perencanaan poyek SOP
(standard operating procedure) aksi 3M Hemat Energi 5M Bank Sampa, SOP Kegiatan
Semut.
2.
Menyiapkan lembar obeservasi Hemat
Energi, lembar setoran sampah Bank Sampah, rekapitulasi jumlah sampah yang
terhitung dalam kegiatan Semut.
Tahap 2
1.
Melakukan koordinasi dengan pihak
terkait. Dalam hal ini, kader Gesagi
Hemat Energi berkoordinasi dengan tim kesiswaan, wali kelas dan ketua kelas.
Sementara Kader Bank Sampah dan Kader Semut atau petugas Kantin berkoordinasi
dengan pihak OSIS untuk perencanaan dan pelaksanaan kegiatan semut setiap satu
bulan sekali.
2.
Menyusun
jadwal proyek penilaian.
3.
Melakukan sosialisasi jadwal petugas
Kader Gesagi, Bank Sampah dan Semut kepada seluruh pihak lingkungan sekolah.
Tahap
3
a.
Menyiapkan papan mading dan website
untuk sosialisasi hasil pelaksanaan startegi P-35 He Bas Semut.
b.
Menyiapkan tanda/seragam bagi petugas
Kader Gesagi, Bank Sampah dan Semut yang berjumlah Enam orang. Tanda Dapat
berupa rompi yang membedakan petugas dengan siswa lainnya.
c.
Menyiapkan
Ruang Bank Sampah.
3.
Pelaksanaan Startegi P-35 Hebas Semut.
a. Pelaksanaan 3M hemat energi bertujuan :
1.Memahami manfaat
aktivitas hemat energi
2.Melakukan aksi
hemat energi disekolah
3.Membuat laporan
aksi hemat energi di sekolah
Kegiatan
Kader Gesagi
1.
Memantau
penggunaan listrik disetiap kelas Control Point
Gambar 1 pemantauan listrik dikelas
2. Kader Gesagi melaporkan hasil observasi
melalui mading yang telah disediakan
sekolah. ControlPoint
Gambar
2 hasil observasi data penggunaan
listrik dikelas
3. Pada
akhir bulan Kader Gesagi melaporkan hasil observasi kepada manajemen sekolah
untuk mendapatkan gelar “The BestMother
School Save
Energi Kelas Terhemat dan kelasTerboros” Control
Point
Gambar 3 Rekapitulasi penggunaan listrik di kelas
b. Pelaksanaan 5M Bank Sampah
Tujuan :
1.
Memahami
manfaat aktivitas pemilahan sampah
2.
Melakukan
aksi pemilahan sampah
3. Membuat
laporan aksi pemilahan sampah di sekolah
Kegiatan Kader Bank Sampah Semu
Peserta didik
memilah sampah anorganik dan organik ControlPoint
Gambar 4
Peserta didik memilah sampah
Peserta didik
memilah sampah anorganik dan organik ControlPoint
Kader Bank Sampah melaporkan hasil penerimaan
pemilahan sampah kelas dari kelas
Gambar
5 Kader Bank sampah menghitung jumlah
yang dijual kelas
c. Pelaksanaan
Semut
Meliputi :
1.
persiapan apel pagi
2.
Tiap kelas disediakan 2 kantong sampah besar untuk
mengambil sampah dilingkungan sekolah
Kader Semut merekap setoran hasil sampah dari semut kelas ControlPoin
Gambar 6 Apel pagi pelaksanaan kegiatan Semut
4. Penilaian Metode P-35 He Bas Semut.
Penilaian
metodeP-35HeBas Semut dapat dilihat
dari penilaian sikap untuk perubahan
tingkah laku peserta didik dari yang tidak melakukan menjadi melakukan.
Perubahan kearah positif dapat terbentuk jika terdapat pembiasaan yang telah
dilakukan oleh peserta didik secara
terus emnerus dan berkelanjutan. Dengan kata lain, penerapan metode P-35 Hebas Semut secara berkesinambungan
dapat mengubah perilaku sikap pembiasaan peserta didik terhadap aktivitas
pedulilingkungan.
Aksi
yang dilakukan peserta didik dalam kegiatan Hemat Energi dan bank Sampah Semut dilaksanakan oleh peserta didik
yang berada didalam kelas dengan pembagian piket aksi 3M dan 5M Semut. Setiap peserta didik mendapatkan
piket untuk melakukan aktifitas 3M dan 5M Semut
dan hasil aktifitas itu akan mempengaruhi nilai kelas.
Pembentukan
perilaku peserta didik dapat dilihat dari data hasil observasi hemat energi dan
rekapitulasi setoran sampah anorganik bank sampah serta program Semut. Program Bank sampah dan Semut mendapatkan respon positif karena
sekolah mendapatkan manfaat antara lain menghasilkan benefit dari hasil penjualan bank sampah dan Semut. Lingkungan sekolah pun menjadi lebih bersih, nyaman, dan
asri. Untuk melaksanakan 3M dan 5M dan Semut dibutuhkan instrumen sikap yang
terdiri atas : kerja sama antar peserta didik di dalam kelas, tanggungjawab,
kejujuran, dan displin. Adapun teknik penilaiannya adalah sebagai berikut :
a. Aksi 3M Hemat Energi Format form penilaian:
Hasil
Pelaksanaan Kegiatan Hemat Energi SMA Negeri 1 Demak
Bulan……………
No
|
Hari/Tanggal
|
Hemat
Energi(3M)
|
Hemat Energi per Ruangan/Kelas
|
Petugas
|
|||||||
XA1
|
XA2
|
XA3
|
XA4
|
XA5
|
XA6
|
XA7
|
dst
|
|
|||
1
|
|
Mematikan
lampu
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Mencabut
kabel listrik
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||
Mengatur
suhu AC
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||
2
|
|
Mematikan
lampu
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Mencabut
kabel listrik
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Mengatur
suhu AC
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
dst
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Contoh
:
Rumus
Penilaian
N
: Nilai Sikap kelas
S
: Nilai sikap yang dilakukan (diberi tanda v) E : Hari efektif
Nilai
sikap kelas :
Contoh
perhitungan
Jumlah
hari efektif(bulanJanuari) 20
Jumlah
sikap yangdilakukan(v) 10
Jumlah
sikap yang tidakdilakukan(X) 10
Maka nilai sikap kelas adalah : ∑S x 100 = ∑10 x 100 = 1000
= 50
E 20 20
Berdasarkan
perhitungan di atas maka nilai sikap
Hemat Energi Kelas itu untuk bulan Januari adalah75.
b. Aksi
5M Bank Sampah danSemut
Hasil Pelaksanaan Kegiatan Hemat
Energi SMA Negeri 1 Demak
Bulan……………
No
|
Kelas
|
Hasil Pelaksanaan Setoran Harian Bank Sampah dan
Semut per kelas
|
|||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
dst
|
||
1
|
XA1
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
XA2
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
XA3
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4
|
XA4
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5
|
XA5
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6
|
XA6
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7
|
XA7
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
dst
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Contoh
Rumus
Penilaian :
N : Nilai sikapkelas
S : Nilai sikap yang
dilakukan (diberi tandaV)
E : Hariefektif
Nilai
sikap kelas : ∑ S x 100
E
Contoh
perhitungan :
Jumlah hari efektif (bulan Januari) : 20 Jumlah sikap yangdilakukan(v) 15
Jumlah
sikap yang tidakdilakukan(X) 5
Maka nilai
sikap kelas adalah : ∑S x 100 = ∑50
x 100 = 1500 = 75
E 20 20
Berdasarkan perhitungan di atas maka
nilai sikap Peduli Sampah Kelas itu untuk bulan Januari adalah 75.
c. Rekapitulasi
Rekapitulasi Nilai Semester
berdasarkan modus (nilai sikap yangs ering muncul pada setiap bulan. Contoh
untuk penilaian semester kelas sebagai berikut :
Bulan
|
Nilai Sikap Hemat Energi (He)
|
Nilai Sikap Peduli Sampah (Bas)
|
Januari
|
50
|
80
|
Februari
|
75
|
80
|
Maret
|
80
|
75
|
April
|
75
|
50
|
Mei
|
75
|
80
|
Nilai
yang telah didapatkan dimasukkan kedalam format nilai semester sebagai berikut
:
1. Nilai
HematEnergi 75
2. Nilai
Peduli Bank Sampahdan Semut 80
Contoh
B. Alasan Pemilihan Strategi Pemecahan Masalah
Penggunaan strategi P35 Hebas Semut yang telah laksanakan mempunyai
tujuan sebagai berikut:
1.
Menumbuhkan
budaya peduli lingkungan sekolah
2. Melatih
siswa untuk ikut
berpartisipasipengelolaan sekolah peduli lingkungan sehingga menumbuhkan rsikap
hemat energi.
C. Hasil dan Dampak yang Dicapai
Hasil
yang dicapai dengan menggunakan
Strategi P35 Hebas Semut pada pembiasaan karakter kesiswaan selama 6 tahun
terakhir adalah sebagai berikut:
1. Hasil bagi siswa :
a). Menumbuhkan minat untuk
berkontribusi
Gambar
7 kegiatan semut
|
d. Memberikan
peluang mengembangkan diri
Gambar 8 Aktifitas Guru
Sebelum
penerapan strategi P-35 Hebas Semut,
warga sekolah belum mampu mengembangkan diri. Setelah penerapan strategi
P-35 Hebas Semut, pendidik danpeserta didik aktif dan mampu berkreasi dalam kegiatan akademik, nonakademik dan
peduli lingkungan, dan
warga masyarakatsudah
memberikan bantuan dana serta pemikiran atau saran yang diperlukan
sekolah.Guru
dan peserta didik juga mampu menciptakan dan mengumandangkan
lagu Mars Sekolah
Sehat, Mars Sekolah Adiwiyata dan Jinggle Sekolah Hemat Energi.
2. Dampak
bagi siswa:
Gambar
9 Juara 2 KTI ESDM Tingkat Propinsi Jawa
Tengah
Gambar
10.Finalis Krenova Tingkat Propinsi Jawa Tengah
Gambar.
11 Muhammad Adam Gana
Juara I Krenova
Kab Purworejo dan Juara I Krenova Jawa Tengah
3. Dampak
bagi Sekolah
a. Penghargaan
Sekolah Adiwiyata Tingkat Nasional Tahun 2013
b.
Gambar. 12 Penghargaan Sekolah
Adiwiyata tingkat Nasional dari Bupati
Demak ke Kepala SMA Negeri 1 Demak
b. Juara
3 Green School Award UNNES Tahun 2014
Gambar 13 Juara 3 GSA UNNES Tahun 2014
c.
Juara 1 Green
School Award UNNES Tahun 2015
Gambar 14
Juara 1 Lomba Green School Award UNNES Tingkat Propinsi Jawa Tengah dan DIY
Tahun 2015
d.
Juara 2
Sekolah Sehat Tingkat Propinsi Jawa Tengah Tahun 2014
Gambar 15
Juara 2 Lomba Sekolah Sehat SMA /SMK tingkat Propinsi Jawa Tengah Tahun 2014
e.
Penghargaan
Sekolah Adiwiyata Mandiri Tingkat Nasional Tahun 2015
Gambar 16 Penghargaan
Sekolah Adiwiyata Mandiri Tingkat Nasional di Siak, Riau Tahun 2015
f.
Juara 2 Sekolah Hemat Energi Tingkat Propinsi Jawa
Tengah Tahun 2017
Gambar 17 Juara
2 Lomba Sekolah Sehat SMA Negeri 1 Demak Tingkat Propinsi Jawa Tengah Tahun
2017
g.
Juara Sekolah
karakter dan berbudaya lingkungan
Gambar 18 Juara Sekolah Karakter dan berbudaya lingkungan Tingkat
Propinsi Jawa Tengah dai UPGRIS
D.
Kendala
yang Dihadapi
Kendala
yang dihadapi dalam pelaksanan antara lain:
1.
Keterbatasan waktu; pola pikir maju
dan dinamis membutuhkan proses dan waktu
2.
Keterbatasan dana; keinginan
pengembangan diri kurang didukung dana
3.
Sumber daya, sarana prasarana
pendukung masih kurang
E. Faktor-faktor Pendukung
Faktor-faktor pendukung dalam upaya pemberdayaan sekolah sehingga
peningkatan prestasi sekolah dapat terwujud. Adapun
faktor-faktor pendukung tersebut di antaranya adalah sebagai berikut :
1.
Kepala sekolah, guru, dan tenaga pendidik memiliki dedikasi dan semangat berkontribusi
tinggi untuk
mewujudkan clean, green and peace my
school
2.
Komite sekolah sangat mendukung setiap program sekolah, sehingga
memudahkan sekolah dalam mengembangkan sumber daya secara optimal
3.
Pemkab dan Dinas terkait memiliki kepedulian
dalam pembinaan dan kontribusi
4.
Terjalinnya kerjasama yang erat dengan
berbagai perguruan tinggi dan lembaga lain dalam pengembangan sekolah.
5.
Rasa keingintahuan yang sangat besar
dari siswa sehingga membuat semangat bagi siswa yang lainnya.
F.
Alternatif
pengembangan
Alternatif pengembangan adalah :
Dalam upaya pengembangan dan pemberdayaan sumberdaya
yang berkelanjutan dan berkesinambungan sebuah sekolah, harus mengacu pada
visi, misi dan tujuan, diperlukan sebuah
pengembangan ke masa depan yang lebih baik.
Adapun altenatif yang perlu dilakukan sebagai berikut.
Alternatif internal
1.Go
green, melalui
pemanfaatan kantin sekolah sehat, dan kantin kejujuran
2. School green, melalui program sekolah bersih, hijau, rindang,
dan nyaman
Alternatif eksternal
1. Pengembangan sekolah
mitra (sasaran)
2. Pemberdayaan
sekolah binaan (belum sasaran)
Gambar 14. Kegiatan
Gubernur Mengajar di Science Corner
BAB IV
SIMPULAN
DAN REKOMENDASI
A.
Simpulan
Uraian pengalaman mengelola sekolah sebagaimana diuraikan pada
bab-bab terdahulu dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Peningkatan
prestasi melalui strategi P35 Hebas Semut di SMA Negeri1
Demak, dilakukan dengan empat tahapan, yakni (1) menumbuhkan minat dan kesadaran warga
sekolah, (2) pemberian peluang mengembangkan diri, (3) pengembangan
budaya prestasi, dan (4) pemberian penghargaan kepada warga sekolah
sebagai akibat dari aktivitas-aktivitas pengembangan sekolah.
2. Dampak atau hasil dari pelaksanaan strategi
P35 Hebas Semut di SMA
Negeri 1 Demak , adalah: (1) terbentuknya kesadaran warga sekolah untuk handarbeni sekolah, memiliki keberanian dan keterbukaan dalam memberikan saran
untuk kemajuan sekolah, (2) adanya pengembangan diri stakeholders
untuk kemajuan sekolah yang ditandai terjalinnya
kerjasama sinergis
antara sekolah dengan warga sekolah dan berbagai pihak baik
dari dalam maupun luar negeri, (3) terciptanya
budaya prestasi
sebagai dampak peningkatan prestasi sekolah dalam bidang akademik, non akademik dan
lingkungan, dan (4)
adanya perolehan penghargaan yang berupa finansial, pengadaan sarana prasarana dan
perasaan senang, bangga, dan nyaman menjadi bagian dari SMA Negeri 1 Demak.
B.
Rekomendasi
Berdasarkan pencapaian prestasi selama hampir lima tahun ini, maka rekomendasi yang disarankan adalah sebagai berikut.
1. Sekolah menetapkan kebijakan dan
penganggaran khusus untuk program sekolah
berwawasan lingkungan.
2. Warga sekolah yang terdiri dari pendidik, tenaga kependidikan dan peserta
didik saling bahu membahu mensukseskan program ini.
3. Sekolah perlu membentuk team
work untuk
mewujudkan sekolah berprestasi dengan melakukan analisis kondisi internal dan eksternal yang mencakup strengths, weakness, opportunities, threats (SWOT).
DAFTAR PUSTAKA
BahrudinMohammadDendy Fathurahman. (2017). Pelaksanaan Program Adiwiyata Dalam Mendukung Pembentukan Karakter Peduli Lingkungan di
SMA Negeri 4 Pandeglang. Gea. Jurnal Pendidikan Geografi, Volume 17, Nomor 1,
April 2017.
Desfandi, Mirza. 2015. Mewujudkan Masyarakat Berkarakter
Peduli Lingkungan Melalui Program Adiwiyata, Sosio Didaktika:Social Science Education Journal
2(1):31-37.
Effendi, Tjiptadinata. 2005. Meditasi. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Ellen Landriany.
(2014). Implementasi Kebijakan Adiwiyata Dalam Upaya
Mewujudkan Pendidikan Lingkungan Hidup di SMA Kota Malang.Jurnal Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan Volume 2, Nomor 1,
Januari 2014; 82-88 ISSN: 2337-7623; EISSN: 2337-7615.
Furkan, Nuril.
2014. The Implementation of Character Education Through The School Culture in
SMA Dompu and SMA Negeri Kilo Dompu Regency.Journal of Literature, Languages and LinguisticsVol.3:14-44.
Gunawan, Zaini. 2016. Pengembangan Program Adiwiyata Dalam Mewujudkan Sekolah Peduli dan
Berbudaya Lingkungan, Pedagogik;
Jurnal Pendidikan, 3(2):82-95.
Hadiarti, Safitri.
(2013) Kesiapan Lembaga Sekolah dalam Pelaksanaan
Pendidikan Karakter Siswa di SMA Negeri 1 Batang. Solidarity: Journal of
Education, Society and Culture Safitri Hadiarti/ Solidarity: Journal of Education,
Society and Culture 2 (1) (2013)http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/solidarity
Hastuti, Afsya Oktafiani. 2015.
Implementasi Pendidikan Karakter Religius Dalam Pembelajaran Sosiologi
(Studi Kasus di SMA Negeri 1 Comal) jurnal solidarity 4(2): 129-130.
Hidayati, Nanik;
Taruna, Tukiman; dan Purnaweni, Hartuti. 2013. Perilaku Warga Sekolah Dalam Program Adiwiyata di SMK Negeri 2 Semarang, Prosiding
Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
I.
Erhabor, Norris dan U. Don, Juliet. 2016. Impact
of Environmental Education On the Knowledgeand Attitude of Students Towards the
Environment, International Journal of Environmental & Science Education 11(12):5367-5375.
Justianingsih
Pipit. (2013). Upaya Meningkatkan Nilai Kepedulian lingkungan Siswa Melalui
Penerapan Model group investigation dikelas
VII Smp Negeri 6 Cirebon Pada Sub Pokok Bahasan Kerusakan Lingkungan. Skripsi.
Kementrian Agama Republik Indonesia Institut Agama Isilam Negeri (IAIN) Syekh
Nurjati : Cirebon.
Karim,
Abdul. (2017). “Mengembangkan Kesadaran
Melestarikan Lingkungan HidupBerbasis Humanisme Pendidikan Agama”. Jurnal Penelitian Pendidikan IslamVol.12, No. 2.
Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 2009. Wujud Sekolah Peduli dan
Berbudaya lingkungan dilengkapi Panduan Materi Pendidikan Lingkungan Hidup.
Jakarta: Badan Lingkungan Hidup.
Keraf, AS. (2006). Etika Lingkungan, Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
Kisworo,
Bagus. (2015).
”Analisis Implementasi 7 Pilar
Konservasi Universitas Negeri Semarang di Fakultas Ilmu Pendidikan” Journal of
Nonformal Education JNE 1 (1).
Kyburz‐Graber, Regula; Hirsch Lisa; Hirsch,
Gertrude; dan Werner, Karin 2016. A Socio‐ecological Approach to Interdisciplinary
Environmental Education in Senior High Schools, Environmental
Education Research, 3:1, 17-28.
Listiana Ida. (2016). Analisis
Pelaksanaan Pendidikan Konservasi Dengan Perilaku Peduli Lingkungan Pada
Mahasiswa Jurusan Geografi Sebagai Kader Konservasi.
Skripsi. Jurusan Geografi Fakultas
Ilmu SosialUniversitas Negeri Semarang. Semarang.
Maulana, Rahmat. 2009. Penanaman Etika Lingkungan Melalui Sekolah
Perduli dan Berbudaya Lingkungan, Jurnal Tabularasa PPS UNIMED6(2):175-180.
Meidi Saputra.
(2017).Pembinaan Kesadaran Lingkungan Melalui Habituasi Berbasis Media Sosial
Guna Menumbuhkan Kebijakan Moral Terhadap Pelestarian Lingkungan. Jurnal Moral Kemasyarakatan - VOL.2, NO.1,
JUNI 2017 Hal. 14-29
Moleong, Lexy J. 2015. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Munib, Ahmad. 2010. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: UNNES Press.
Najmunnisa, dkk. (2017). Implementasi Model Kaderisasi Mahasiswa
Untuk Membangun Karakter Unggul di Masjid Salman. Jurnal Sosietas, Vol. 7,
No. 2, 2017.
Nugroho Setyo.
(2018). Metode P-35 HeBas Semut Membumikan Sekolah Hemat Energi : Demak.
Panggabean, Rizal, dkk. 2015. Manajemen Konflik Berbasis Sekolah. Jakarta:
Pustaka Alvabet.
Putri,
Noviani Achmad. 2012.
Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Melalui Mata Pelajaran Sosiologi
Kelas X Di Sma Negeri 5 Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011. Skripsi.
Jurusan Sosiologi dan Antropologi. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri
Semarang. Semarang.
Ritzer George 2012. Teori Sosiologi. Yogjakarta : Pustaka Pelajar.
Sari, Deasy Ratna. (2015). Pendidikan PengelolaanSampahdi Kelurahan
Sampangan KecamatanGajah Mungkur.
Jurnal
Geografi Media Infromasi Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian Volume 12 No 1 (95 dari 114)
Satwiko Prasasto
(2005); Arsitektur Sadar Energi, Penerbit Andi, Yogyakarta
Semiawan.1999. perkembangan dan
belajar peserta didik. Yogyakarta: UNY.
Setiyani,Nina. (2013) Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan Melalui
Program “Green Environment” di SMP Alam Ar-Ridho Kota Semarang.Skripsi.
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang : Semarang
Smith, Peter F. (2005)
Architecture in a Climate of Change, McGraw Hill Book Company, New York.
Sudibyo, RS. (2008).
Konsep EfSD di Indonesia. Bahan Presentasi. Yogyakarta: Universitas
Gadjah Mada.
Sugiyono, 2015.
Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfa Beta.
Sukmadinata, Syaodih Nana. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Tim MKU PLH.
2014. Pendidikan Lingkungan Hidup.
Semarang: Pusbang MKU/MKDK Universitas Negeri Semarang.
www.bmpan-diy.org/kader, di unduh
pada tanggal 27 mei 2018.
Yovita,
Gwekwerere, 2015. Teachers’ Knowledge, Participation and Perceptions About
Environmental Education in Schools. Australian
Journal of Environmental Education, vol. 30(2), 198–214, 2014 198 C The
Author(s) 2015. doi 10.1017/aee.2015.15 Pre-Service.School of Education,
Laurentian University, Ontario, Canada.
Yustina. 2006. Hubungan Pengetahuan Lingkungan Hidup dengan
Persepsi, Sikapdan Minat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Guru Sekolah
Dasar di Kota Pekanbaru. Jurnal Biogenisis Vol. 2 (2).
Langganan:
Postingan (Atom)